Halaman

Kamis, 22 Mei 2014

Memasuki langkah baru

Pewawancara 1 (P1): Kenapa milih PA??? Aku (A): karena suka dok, langsung ditimpali oleh Kadep.. pasti karena gak ada jaga malamnya ya??? (sambil tersenyum penuh arti).
A : ya itu salah satunya dok (hihihi.. diplomatis sekali, padahal dalam hati... ya iya donk *nyengir)
Habis kan klo langsung jawab: karena gak ada jaga malamnya kan kesannya gak mau struggle banget hihihihi
Padahal pilihannku ini karena aku harus berjuang untuk menyeimbangkan antara keluarga & pekerjaan, itu juga perjuangan lho...
Aku secara pribadi tidak ingin waktuku habis untuk pasien & ada di rumah sakit lebih lama dibanding di rumah & bersama keluarga, sebenarnya itulah alasan utamaku memilih Patologi Anatomi, selain karena memang suka (lumayan suka & untungnya dulu nilainya bagus hehehehe).
Awalnya gak berpikiran sama sekali untuk ngambil spesialis di ranah pre klinik, tapi setelah ditimbang-timbang akhirnya mantap hatiku mengambil PA. Memang sih.. sempat ada yg komentar, apa itu PA? ah.. gak keren.., iih nanti gak kaya lho/// Hmm apa??? Kereen??? Buatku keren atau tidak itu tidak penting. Yang penting adalah bekerja, berkarya & berbuat sesuatu. Kayaa??? Penting.. tapi sekaya apa sih yg mau dicari??? toh dengan gaji yg sekarang & gaji suamiku, itu cukup untuk keluarga kami, dan Puji Tuhan cukup pula kami bagi untuk yg  lebih membutuhkan, meskipun tidak banyak. Dan kaya bukanlah tujuan hidupku.

"Tidak penting seberapa banyak yg kamu punya, lebih penting seberapa banyak yang kamu kerjakan dan seberapa banyak yang kamu berikan"

Tuhan pasti memandang kami, & aku yakin kami tidak akan berkekurangan :)

Dan itu penting yaaa ditanamkan di otakku dari sekarang, jadi kelak saat aku sudah menjadi Sp.PA tidak melulu bekerja berorientasi untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Agar aku mampu sungguh-sungguh bekerja dari hatiku. Tidak boleh berhenti di tengah jalan, tidak boleh menyesal belakangan, tidak boleh iri hati dengan spesialis lain. Harus bekerja dari hati, dengan cinta,bersungguh-sungguh dan tanpa pamrih, belajar selalu & bekerja selalu.
Dengan keyakinan itulah akhirnya mantap hatiku memasukkan formulir PPDS Patologi Anatomi. Dengan jam kerja yg relatif lebih teratur aku pengen tetap belajar, mencari ilmu lebih lagi, meningkatkan kemampuan diri, meningkatkan karir tapi juga tetap punya cukup waktu untuk Caeli & papinya Caeli & terutama untuk Tuhan.

baliik ke wawancara yaaaa...
sebenarnya wawancaranya asyik, kayak ngobrol, tidak ada gap yg terlalu mencolok antara profesor, kadep & dosen2... kata teman2 yg wawancara sebelum aku sih paling yg agak mencecar tuh psikiater/psikolognya.

Teman2 pelamar hampir seluruhnya perempuan, cuma 1 yg laki-laki,  hehehehe... rasanya bidang yg kami pilih ini memang lebih banyak diminati ibu2 dengan alasan klasik agar lebih banyak waktu bersama keluarga. Tiap ada yg keluar dari ruang "eksekusi" pasti kami langsung ributtt.. "eh, apa tadi yg ditanya??" hehehehe.. kurang lebih sama, tentang pribadi kita, keluarga, persiapan sekolah, kesiapan mental... standardlah yaaa.... cuma tetep aja adaaaa aja pertanyaan & penyataan yg blunder dan akhirnya jadi jebakan batman buat kita sendiri, aaaaahhh.... makin dag dig dug aja... duuuh gimana nanti pas giliranku ya?????

Akhirnya tiba juga giliranku.... rasanya aku sudah cukup rapi (suamiku yg memilihkan baju batik & parfum yg harus kupakai saat interview). Katanya.. mommy.., mommy harus rapi & wangi waktu wawancara, karena kesan pertama itu sangat penting.. (cieeehh, hihihi.. thanks yah papi :* )
Dipanggil mbak Agita agar masuk ke ruangan, masuk & langsung menyapa selamat siang Prof, dok sambil tersenyum, & dijawab siaaanng... dengan kompak oleh tim & semua tersenyum.. (nervousnya sedikit berkurang, meski tetap takikardi & akral dingin).

Pertanyaan dibuka oleh Kadep.. dr, Familia.. lususan UGM 2007, ceritakan dari lulus ngapain aja... Mulailah aku cerita bla.. bla.. bla & ditimpali sana sini... Lebih banyak ditanya soal pribadi, kesiapan sekolah, persiapan yg dilakukan apa aja, kekurangan & kelebihan diri sendiri, bagaimana cara mengatasi stress & tekanan... sepertinya standard dengan pertanyaan pada interview pelamar kerja pada umumnya...

Yg paling agak "kereng" memang psikiaternya sih.. sementara profesor, kadep & Sp. PA yg lain lebih santai... Kayanya sih beliau2 welcome gitu.... dan semoga juga mereka mau menerimaku juga untuk belajar di Departemen PA... *berharaaapppp bangetttt

Karena aku punya bayi, jadi banyak juga ditanya soal anak nanti bagaimana... karena harus ditinggal2, Caeli skrg umurnya hampir 9 bulan..
Psikiater (P2): Pertama kali meninggalkan anak waktu anak umur berapa???
(A) : 2,5 bulan
P2 : Terusss, ASInya sampai berapa lama????
(A): (dengan mantap, yakin & PD) sampai sekarang masih ASI *tersenyum lebarrrrr :D :D
P2 : Ooooo... wah ini tough sekali...
(A*dalam hati) : hihihihi.. iya donk dok, hak ASI anak kan sampai 2 tahun... bagaimanapun aku akan berjuang memberi ASI sampai 2 tahun. Meraih mimpiku bukan berarti harus mengorbankan hak orang lain (baca: Caeli), & juga tidak menyerah pada keadaan. thanks to AIMI, thanks to Anastasia Shinta yg banyak memberi informasi & mensupport agar terus bisa ngASI :), juga pada ibu-ibu pejuang ASI lainnya.

Sekarang rangkaian ujian sudah selesai semua... psikotest done, kesehatan jiwa done, akademik done, terakhir kemarin presentasi jurnal done, semoga Tuhan memberkati langkahku, aku boleh menginjak lembaran baru keprofesianku. Semoga aku juga tetap mampu mendampingi keluargaku, mendampingi Caeli hingga ia nanti mengepakkan sayapnya tinggi-tinggi.

Orang bilang sekolah PPDS itu butuh pengorbaan, beratttt, menyita waktu, bahkan seringkali keluarga harus dikorbankan, memang hanya 5 tahun, tapi demi masa depan yg lebih baik. Tapi masa depan disini bukanlah masa depanku seorang saja, tapi juga masa depan keluarga kami, masa depan papi & masa depan Caeli. Tiga tahun pertama kehidupan Caeli adalah periode emas kehidupannya, dimana aku harus menanamkan nilai-nilai luhur dalam hidupnya, agar nanti dia menjadi perempuan mandiri, kuat, cerdas, penuh kasih, & mempunyai budi pekerti yg baik. Aku memilih untuk tetap mempunyai cukup banyak waktu untuk bersama-sama dengannya. Untungnya di Departemen PA jam kerjanya relatif lebih teratur dibanding bagian lain, jaga malam tidak banyak, jadi waktu untuk keluarga juga masih cukuplah.. :)

Inilah harapanku, semoga Tuhan merahmatinya... :)


*PS : kakak Max... doakan Mommy yaaaa :)




 



Kamis, 15 Mei 2014

Regina Caeli

Regina Caeli, laetare,
Alleluia!
Quia quem meruisti portare,
Alleluia!
Resurrexit, sicut dixit,
Alleluia!
Ora pro nobis Deum,
Alleluia!


Queen of Heaven, rejoice,
Alleluia!
For He whom thou wast worthy to bear,
Alleluia!
Has risen, as He said,
Alleluia!
Pray for us to God,
Alleluia!



Ratu surga bersukacitalah, Alleluya, Sebab Ia yang sudi kaukandung, Alleluya
Telah bangkit seperti di sabdakannya, Alleluya Doakanlah kami pada Allah, Alleluya !

Bersukacitalah dan ber gembiralah, Perawan Maria, alleluya, Sebab Tuhan sungguh telah bangkit, alleluya Marilah berdoa. (Hening)

Ya Allah, Engkau telah menggembirakan dunia dengan kebangkitan Putra-Mu,
Tuhan kami Yesus Kristus. Kami mohon; perkenankanlahkami bersukacita dalam kehidupan kekal bersama bunda-Nya, Perawan Maria.

Demi Kristus, pengantara kami. (Amin)